[Review] DEAR NATHAN Karya Erisca Febriani
Palembang, 15 November 2016
http://dianputu26.blogspot.co.id/2016/04/review-dear-nathan-karya-erisca-febriani.html
http://dianputu26.blogspot.co.id/2016/04/review-dear-nathan-karya-erisca-febriani.html
Penerbit : Best Media
Genre : Roman, Fiksi
Kategori : Young Adult, Family Drama, Persahabatan, Wattpad
Terbit : Maret 2016 (Cetakan Pertama)
Tebal : 528 halaman
ISBN : 978 – 602 – 6940 – 14 – 8
Harga : Rp. 99.000
Seperti apa hidup kita ke depan, nggak akan pernah ada yang tahu bentuknya. Seperti hidup Salma yang berubah drastis saat dia pindah ke SMA Garuda. Teman-temannya tak sealim saat di sekolah lamanya. Beberapa dari mereka tercipta sebagai tukang rusuh dan senang berantem, termasuk Nathan, cowok yang menyelamatkan Salma dari hukuman karena datang telat.
“Di SMA kalau nggak ada murid sejenis Nathan mah nggak seru, belum berasa putih abu-abunya. Kalau semua anak di sekolah ini kalem, pasti nggak bakal rame.” – Rahma – hlm. 79
Nathan, dia tak mengira akhirnya bisa sangat jatuh cinta pada Salma, anak baru yang tampak ingin menangis saat telat datang ke sekolah. Kalau bagi Nathan, terlambat adalah hal biasa baginya, ternyata jauh berbeda jika situasi itu dihadapi oleh cewek manis yang membuatnya berubah jadi cowok yang penuh perasaan.
“Meskipun saya tampangnya berandalan. Tapi saya amat menghargai perempuan. Perempuan itu kayak kaca, kalau retak ya bakalan retak seumur hidup dan nggak bakal bisa balik kayak semula. Gimana pun caranya.” – Nathan – hlm. 95
Nathan baru tahu, jatuh cinta pada cewek lugu yang belum pernah pacaran jadi hal yang cukup menguras tenaganya. Awalnya, dia begitu menikmati pengejaran cintanya. Tapi, apakah Nathan selamanya akan menikmatinya jika Salma terus menerus bersikap cuek padanya?
“Dan seandainya pemilik hati kamu adalah saya, ke mana pun kamu pergi, hati itu pasti akan balik kepemilik sejati dan Tuhan punya seribu satu cara untuk mendekatkan kita lagi. Tapi kalau bukan milik saya? Tuhan juga punya banyak cara untuk nemuin kamu dengan yang lain.” – Nathan – hal. 486
Tidak hanya cinta yang memperumit hidup Nathan. Ada masalah lebih besar yang sejak lama dihadapinya, masalah keluarga yang sangat berat, hingga Nathan merasa begitu berat menanggungnya. Kehilangan orang yang sangat disayangi, merasa ditinggalkan oleh ayahnya, dan masih banyak lagi masalah dalam otak Nathan.
“Nath, dunia ini udah penuh dengan kesedihan dan air mata. Seandainya lo nggak hanya fokus pada luka lo sendiri, ada banyak hal indah yang selama ini lo lewatin.” – Seli – hlm. 473
Dear Nathan, kisah masa putih abu-abu yang sweet. Sangat sweet sampai kamu akan merasa kangen menjadi anak SMA lagi. Jadi remaja memang bagian hidup yang tak terlupakan. Masa-masa dimana kita mencari jati diri, begitu ingin bebas lepas, dan baru mengenal tentang cinta.
Meskipun tema yang diusung memang sering kita jumpai, tapi karakter Nathan-lah yang jadi bagian paling apik di novel ini. Penulis berhasil menciptakan tokoh yang membuai pembaca. Bagaimana dia bersikap, tingkahnya, kejahilannya, dan terutama bagaimana cara Nathan saat bersama Salma – semua sangat menarik.
Nathan ini memang bad boy, tapi bukan playboy. Rasanya, jadi mulai berpikir, nggak semua bad boy adalah playboy. Dan, anak-anak nakal seperti Nathan harusnya bukan dimusuhi atau malah dilabeli ‘nakal’, karena selalu ada alasan yang membuat mereka tercipta sebagai anak nakal. Banyak yang salah dalam mengatasi anak-anak seperti ini. Makanya, anak nakal dimarahi bukannya membaik, tapi malah menjadi.
Karakter Salma yang terasa lugu, manis, pintar, dan punya jiwa yang halus, memang tampak kontras dengan Nathan. Namun, karena kontras itulah jadi terasa semakin menarik. Aku suka cara Salma bersikap di depan Nathan. Keluguannya mengatasi cinta yang pertama kali menyambangi hatinya, membuat Salma jadi semakin manis dan pantas jadi sasaran kejaran Nathan.
Intinya, kalau masalah karakter, penulis berhasil membuat karakter-karakter yang kuat. Tidak hanya pada tokoh utamanya, untuk tokoh pendukung yang jumlahnya bejibun, penulis mampu memberi mereka ciri khas satu persatu khas anak SMA.
Jalan cerita yang diciptakan juga terasa masuk akal. Konfliknya mampu dikisahkan dengan apik, dan penyelesaiannya cukup membuatku puas.
Banyak ilmu yang bisa diambil dari novel ini. Tentang pengorbanan, tentang kasih sayang, persahabatan, bahkan tentang arti memaafkan dan mau menerima kenyataan.
Yang jadi kelemahan di novel ini adalah cara penulis membuat narasi. Beberapa terasa berlebihan. Kadang, pemilihan diksinya terasa tidak pas. Narasi juga terlalu berputar-putar. Dan, banyak sekali typo dan penggunakan kata yang tidak baku. Jadi bertanya-tanya, ini novel ada editornya nggak ya? Kalau baca sih ada, tapi kenapa terasa nggak diedit ya?
Novel ini memang bermula dari Wattpad. Aku kenal novel ini juga dari Wattpad. Ada beberapa yang berubah di edisi cetaknya ini. Seperti beberapa nama teman Salma. Lalu cara bicara Nathan ke Salma yang menggunakan ‘saya-kamu’. Rasanya, malah nggak pas. Aku yang mengenal novel ini lewat Wattpad jadi merasa janggal. Dan, cara bicara Nathan yang menggunakan ‘saya-kamu’ malah terkesan nggak Nathan banget. Oke, penulis sudah menjelaskan kenapa dia pakai ‘saya-kamu’, tapi tetap rasanya nggak pas. Kalau ‘aku-kamu’ mungkin masih oke.
Sebenarnya, kalau beberapa hal di atas lebih diperhatikan saat proses editing, pasti novel ini aku kasih lima bintang di goodreads. Tapi, karena kesalahan yang teramat banyak hingga cukup mengganggu, 3,2 dari 5 bintang cukup. Yang jelas, aku selalu meleleh sama Nathan kalau lagi sama Salma.
Satu lagi, menanggapi beberapa pendapat yang mengatakan novel ini plagiat dari novel Jingga dan Senja karya Esti Kinasih, aku merasa nggak setuju. Novel ini sangat berbeda dari Jingga dan Senja. Nathan halus banget kalau sama Salma. Ari udah kayak preman kalau sama Tari. Nathan deketin Salma memang karena cinta banget. Kalau Ari karena nama mereka yang hampir mirip. Dan meskipun keduanya sama-sama kembar, tapi konfliknya jauh berbeda banget.
Jadi, janganlah asal nge-judge karya seseorang sebagai plagiat. Lihat dalamnya, baca baik-baik, dan telaah bagian mana yang kamu anggap plagiat? Kalau tema, nggak masalah-lah, banyak, kok novel yang punya tema sama, tapi tetep aja cara berceritanya sudah berbeda.