REVIEW NOVEL HUJAN – TERE LIYE
Palembang, 15 November 2016
Sedikit Sinopsis:
Novel Hujan bercerita tentang seorang gadis bernama Lail yang ingin melupakan memori menyakitkannya. Setting berada pada tahun 2050an. Teknologi sudah maju. Teknologi itu mampu memodifikasi pikiran manusia, seperti menghapus memori dan mengkloning otak. Itulah yang hendak dilakukan Lail. Ia ingin menghapus memori menyakitkan dari otaknya tentang seorang laki-laki yang amat ia cintai.Membaca judul dan melihat nama pengarangnya, banyak orang yang akan menebak bahwa ini adalah novel percintaan atau romansa. Betul. Tebakan ini jarang keliru karena kebanyakan novel Tere Liye berkisah tentang cinta.
Details
Judul: Hujan
Penulis: Tere Liye
Tebal: 320 halaman
Penerbit: GPU, Februari 2016
Berbeda dengan novel Rindu atau Aku, Kau, dan Sepucuk Angpai Merah yang sama-sama kisah cinta dengan setting pada zaman dulu, di novel ini Tere Liye mencoba berimajinasi lebih liar, tentang masa depan, tentang teknologi, robot, iklim, dan bencana alam di masa mendatang.
Seperti hendak fokus pada science fiction tapi tidak, Tere Liye masih berada di ‘zona’-nya. Dia masih tetap dengan nasihat cinta dan nasihat luhur alamnya.
Di novel ini ada 3 karakter utama. Lail sebagai gadis yang begitu ingin melupakan memori menyakitkannya. Maryam, temain baik Lail sejak kecil, sejak bencana alam yang menghilangkan nyawa sebagian besar penduduk bumi, Dan Esok, lelaki yang menyelamatkan Lail ketika bencana, yang selalu menemani Lail, dan yang menjadi cinta masa kecil Lail hingga dewasa.
Saya jujur sangat menyukai bagian pembuka dan penutup novel ini. Bagian pembuka bercerita tentang keadaan sekarang (present day, 2050), lalu flashback ke masa kecil Lail, ke rentetan cerita hingga ke bagian penutup, kembali ke masa sekarang (pertemuan plot). Melihat model ini mengingatkan saya dengan novel Tere Liye ‘Daun yang Jatuh …’. Saya pikir template alur cerita yang digunakan di kedua novel ini sama. Maybe.
Novel ini termasuk masih sangat baru, terbit pertama kali bulan Februari 2016. Ada rasa tersendiri setiap kali baca novel yang baru terbit (dengan mengabaikan fakta bahwa barangkali novel itu sudah ditulis sejak lama). Novel yang baru terbit seperti menghadirkan ide cerita fresh bahkan jika itu diceritakan dengan setting lama, Namun jika ditulis dengan gaya sekarang akan menimbulkan kesan yang beda.
Selamat membaca. Oh, sekarang jargonnya bukan hanya membaca, tapi selamat membaca dan membeli buku